Follow Us!

Rabu, 30 Oktober 2013

Pasar Bebas ASEAN 2015. Apakah menguntungkan kita?



Artwork saya ini menggambarkan sikap pemimpin kita kepada rakyat menengah ke bawah alias miskin dalam era Pasar Bebas ASEAN 2015.


Apakah anda tahu mengenai Pasar Bebas ASEAN 2015? 

Pada tahun 2007, di usia ke-40, 10 negara-negara Asia Tenggara menyepakati Piagam ASEAN dan Cetakbiru ASEAN menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015, pada Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN ke-13 di Singapura. Penandatangan Piagam ASEAN ini akan menandai babak baru ASEAN menuju sebuah organisasi dengan komitmen bersama yang mengikat secara hukum. Sedangkan cetakbiru MEA akan memberikan arah bagi perwujudan ASEAN sebagai sebuah kawasan basis produksi dan pasar tunggal. Pencapaian MEA ini dilakukan melalui lima pilar, yaitu: aliran bebas dari barang, jasa, investasi, tenaga kerja terampil, dan aliran modal yang lebih bebas.

Sumber daya manusia Indonesia sedang terancam dari berbagai sisi, antara lain integrasi mobilitas tenaga kerja kawasan ASEAN melalui kesepakatan diberlakukannya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), teknologi yang semakin berkembang dan perdagangan bebas yang menyebabkan membanjirnya produk luar di Indonesia. Dibandingkan dengan negara-negara ASEAN diluar Indochina, kualitas tenaga kerja Indonesia adalah yang paling rendah. Survei yang dilakukan oleh APO (Asian Productivity Organization) pada tahun 2004 menunjukkan, dari setiap 1.000 tenaga kerja Indonesia hanya ada sekitar 4,3 persen yang terampil dibandingkan dengan Filipina 8,3 persen, Malaysia 32,6 persen dan Singapura 34,7 persen.

Rendahnya kualitas tenaga kerja Indonesia disebabkan karena sistem diklat yang masih berorientasi pada pendekatan “supply driven". Program diklat yang dikembangkan oleh lembaga diklat pemerintah dan swasta belum mengacu kepada kebutuhan pasar kerja. Akibatnya terjadi kesenjangan yang semakin lebar antara kualitas tenaga kerja yang dihasilkan oleh lembaga diklat dengan kualitas yang dibutuhkan oleh dunia usaha/industri. Kesenjangan ini telah menyebabkan meningkatnya jumlah pengangguran terbuka khususnya pengangguran terdidik usia muda. Tanpa adanya upaya terobosan dari para pemangku kepentingan khususnya pemerintah, pada era MEA yang mulai efektif tahun 2015 nanti, tenaga kerja Indonesia akan kalah bersaing dan semakin terpinggirkan.

Selain masalah itu, dengan adanya pasar tunggal ASEAN ini juga mengancam eksistensi usaha sekaligus SDM lokal. Selama ini Indonesia lebih banyak berperan sebagai pasar empuk bagi produk-produk luar. Berbagai produk negara lain membanjiri Indonesia mulai dari makanan, fashion, otomotif dan elektronik. Produk-produk itu sangat kompetitif baik dari segi kualitas maupun harga, sehingga produk dalam negeri menjadi kurang berkembang akibat kalah bersaing. Apakah salah jika konsumen dalam negeri lebih memilih barang dari luar negeri tentu saja jawabannya adalah tidak meskipun dengung nasionalisme salah satunya adalah menggunakan produk-produk Indonesia. Konsumen tak akan mempertimbangkan itu, namun kualitas dan harga yang sesuai kriteria, dan sepertinya produsen luar yang di dukung kebijakan negaranya yang malah lebih paham soal pemenuhan selera pasar itu. Selain mengancam pengusaha, membanjirnya produk luar dengan pasar yang tinggi di Indonesia juga mengancam kelangsungan tenaga kerja. Jika pengusaha tidak mampu mempertahankan usahanya karena collapse, tentu saja tenaga kerjanya akan terkena imbas PHK.

Sejauh ini mayoritas pemerintah daerah tidak mengetahui mengenai rencana diberlakukannya Masyarakat Ekonomi Asean sehingga banyak pengusaha di daerah lebih kesulitan mempersiapkan diri. Di sisi lain, para pengusaha asal Malaysia, Vietnam, dan Thailand saat ini aktif memperkenalkan produknya kepada pasar Indonesia. Contohnya yaitu produk makanan dan minuman dari Malaysia yang mulai membanjiri pasar Indonesia. Minuman cokelat asal Malaysia lebih gampang ditemukan daripada minuman coklat buatan Indonesia. Makanan dan minuman dari negeri jiran itu memang membanjiri toko kelontong, minimarket, dan pasar di wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia. Malaysia belakangan ini menjadi eksportir utama produk makanan dan minuman ke Indonesia.

Hampir seperlima dari seluruh makanan dan minuman impor berasal dari Malaysia. Lonjakan impor makanan dan minuman ini sangat mengkhawatirkan. Kenaikan impor dari Januari 2010 ke Januari 2011 mencapai 83%. Produk makanan-minuman Malaysia itu membanjiri pasar Indonesia sejak berlakunya kesepakatan ASEAN Trade in Goods Agreement (ATIGA).

Apakah rakyat menengah kebawah ikut merasakan manisnya Pasar Bebas? tentu saja TIDAK! pasar bebas diperuntukkan bagi mereka yang mempunyai modal besar dan pihak terkait yang mempunyai kerjasama dengan pejabat negeri ini agar bisa dipermudah usahanya, lalu bagi mereka yang tidak punya modal atau pun skill untuk menghadapi itu, hanya akan menjadi orang buangan.

Semoga kita bisa mempersiapkan diri kita untuk "Pasar Bebas" semoga pemerintah bisa memberi solusi yang bijak untuk rakyat menengah kebawah seperti kita. Sekian Terima Kasih!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar